Minggu, 17 November 2013

ANGKRINGAN

NAMA  : NINDY CHAIRUN NISA
NPM    : 55212335
KELAS  : 2DF02

ANGKRINGAN

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Dari hari ke hari usaha Makanan Angkringan ini ternyata berkembang, banyak sekali peminatnya di Kota Tangerang. Perkembangan usaha ini tak lepas juga dari kerja keras  pasangan ini dalam menjalankan usaha. “mungkin karena dari sisi harga sangat terjangkau, itu yang kami jual, menyediakan makanan murah meriah, dengan kualitas tetep terjaga”, ungkap Pasangan Ibu Juweni dan Bapak Agus.
Disamping itu, lapak gerobak angkringan serta lesehannya juga menawarkan suasana yang berbeda, pembeli akan terus datang jika mereka puas, itu keyakinan kami, kami kerja keras menjaganya”, tambahnya. Dari yang semula satu lapak, pasangan ini berfikir untuk mengembangkan ketika ada tawaran kerjasama dari koleganya. “kemudian kami merekrut tenaga masak dari kampung kami, sekaligus tenaga-tenaga penjualnya di masing-masing lapak sampai saat ini kami memiliki 20 lapak”,imbuh pasangan dari Klaten, Jawa Tengah ini.

BAB II
ARTIKEL

Bagi pasangan yang merasa sukses menurut versinya ini Kedisiplinan adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan bisnis mereka, terutama dalam pengelolaan uang, “kami punya prinsip yang kami pegang dari pesan orang tua kami, bahwa ketika memelihara ayam itu jangan dimakan induknya tapi makanlah telurnya, ungkapnya. “artinya bahwa dalam menjalankan usaha ini kami berusaha sekuat mungkin untuk tidak memakai modal usaha untuk keperluan konsumtif, tetapi kami tetap putar untuk usaha”, terangnya. “karena kami banyak melihat bahwa seringkali usaha gagal karena si pengusaha justru seenaknya sendiri menggunakan modalnya, padahal usaha belum jalan, justru modal habis”, tambahnya.
Ketika ditanya soal persaingan, dimana saat ini banyak bermunculan usaha sejenis, pasangan ini mengaku tidak takut. “Untuk persaingan, kami punya prinsip bahwa selama kami tidak menyerang dan bikin rusuh di usaha orang, Insya Alloh kami juga tidak akan diganggu”, terangnya. “yang penting kami tetap bekerja keras menjaga kualitas serta rasa makanan yang kami tawarkan itu tadi, pembeli akan terus datang”, imbuh pasangan ini.
Dari hasil usaha ini, Pasangan Ibu Juweni dan Bapak Agus saat ini sudah tidak hidup menumpang lagi di rumah saudara, “Alhamdulillah saat ini kami telah memiliki aset berupa tanah, rumah, mobil untuk operasional usaha”, mengenai pendapatan bersih per bulan dari usaha ini sambil malu-malu pasangan ini menyebutkan angka, rata-rata Rp 30 juta, sebuah angka yang fantastis dari bisnis yang sederhana ini. Namun yang menjadi kebanggaan dan kebahagiaan batin bagi pasangan ini  adalah ada 35 orang karyawan yang hidup dari usaha ini. “kami sangat bahagia dan bangga secara batin bisa membantu menaikkan taraf perekonomian karyawan kami.

BAB III
JURNAL
Angkringan berasal dari bahasa Jawa duduk santai adalah sebuah gerobag dorong yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang biasa terdapat di setiap pinggir ruas jalan.Beroperasi mulai sore hari, ia mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir, dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.
Makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus (ayam), sate telur puyuh, keripik dan lain-lain. Minuman yang dijualpun beraneka macam seperti teh, jeruk, kopi, tape, wedangjahe dan susu. Semua dijual dengan harga yang sangat terjangkau.
Meski harganya murah, namun konsumen warung ini sangat bervariasi. Mulai dari tukang becak, tukang bangunan, pegawai kantor, mahasiswa, seniman, bahkan hingga pejabat dan eksekutif. Antar pembeli dan penjual sering terlihat mengobrol dengan santai dalam suasana penuh kekeluargaan.
Angkringan juga terkenal sebagai tempat yang egaliter karena bervariasinya pembeli yang datang tanpa membeda-bedakan strata sosial atau SARA. Mereka menikmati makanan sambil bebas mengobrol hingga larut malam meskipun tak saling kenal tentang berbagai hal atau kadang berdiskusi tentang topik-topik yang serius. Harganya yang murah dan tempatnya yang santai membuat angkringan sangat populer di tengah kota sebagai tempat persinggahan untuk mengusir lapar atau sekedar melepas lelah.
Akrabnya susana dalam angkringan membuat nama angkringan tak hanya merujuk kedalam tempat tetapi ke suasana, beberapa acara menadopsi kata angkringan untuk menggambarkan suasana yang akrab saling berbagi dan menjembatani perbedaan, seperti Angkringan JTF yang diadakan oleh Litbang dan juga Angkringan Ramadhan yang sering digelar di kampus-kampus menjelang buka puasa.








0 komentar:

Posting Komentar