Jumat, 25 April 2014

Keberhasilan Komunikasi Bisnis

Keberhasilan Komunikasi Bisnis


Kata komunikasi berasal dari bahasa latin (communicare) yang berarti memberi, mengambil bagian atau meneruskan sehingga terjadi sesuatu yang “common” umum, sama atau saling memahami. Dalam perkembangannya, komunikasi kemudian dapat didefinisikan sebagai tranfer pesan antara dua orang atau lebih. Dalam transfer atau penyampaian pesan ini, terdapat suatu proses.
Seperti dapat dilihat di gambar 1.1, dalam proses komunikasi terdapat enam komponen yaitu sender, encoding, medium, decoding, receiver dan feedback. Proses komunikasi dimulai pada saat sender atau pengirim pesan mempunyai ide atau pesan, kemudian pada tahap encoding, sender menentukan cara menyampaikan pesan kepada receiver. Pesan ini kemudian ditransfer melalui medium seperti, telepon, surat, atau faximile. Pada tahap encoding, receiver atau penerima pesan menerima dan menterjemahkan pesan yang datang. Proses komunikasi dikatakan berhasil jika receiver dapat menterjemahkan isi pesan sesuai dengan yang diinginkan oleh sender. Jika reveiver merasa bahwa pesan yang diterima tidak maka sender lalu mengirimkan respon atau feedback. Dalam hal ini, maka posisi receiver berubah menjadi sender dan sender menjadi receiver, dan proses seperti ini disebut dengan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah terjadi jika receiver tidak memberikan feedback atau umpan balik. Sering kali tujuan komunikasi tidak tercapai. Hal ini bisa terjadi karena adanya hambatan-hambatan atau noises atau barriers yang timbul selama proses komunikasi berlangsung.
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa hambatan-hambatan dalam komunikasi bisa timbul dalam setiap tahap dari proses komunikasi. Adanya hambatan menyebabkan penerima pesan tidak menterjemahkan pesan sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan. Menurut Sigband dan Bell, hambatan dalam proses komunikasi dapat dikelompokkan menjadi hambatan nonverbal dan verbal.
Hambatan Non Verbal :
1. Perbedaan Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap suatu kenyataan atau fakta. Seseorang direktur perusahaan menganggap mobil bukan merupakan simbol status sedangkan direktur yang lainnya mungkin berpendapat sebaliknya.
2. Perbedaan Kepentingan.
Dalam suatu perusahaan, kepala bagian produksi mungkin menghendaki agar sisa laba digunakan untuk membeli peralatan produksi, sedangkan kepala bagian pemasaran menginginkan agar dana digunakan untuk meningkatkan kegiatan promosi. Konflik yang timbul disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan antara dua orang yang sedang berkomunikasi.
3. Perbedaan pengetahuan tentang topik yang dikomunikasikan.
4. Keterlibatan emosi.
5. Kurangnya intropeksi
6. Kesalahan dalam menilai penampilan.
7. Pesan yang disampaikan kurang jelas.
8. Jeleknya pengorganisasian pesan disampaikan
9. Hanya mendengarkan pesan secara pasif
10. Penyampaian informasi secara tidak efisien.
Fungsi dari komunikasi pada dasarnya :
1. Memberikan informasi, baik disadari maupun tidak disadari oleh pelakunya.
2. Untuk memperlancar komunikasi lisan
3. Untuk mengungkapkan perasaan
4. Untuk melengkapi pesan-pesan verbal
5. Untuk mengontrol atau mempengaruhi lawan bicara
6. Untuk memperjelas komunikasi verbal.
Hambatan Verbal
Kesalahan pemilihan kata
Kurangnya perbendaharaan kosa kata
Kesalahan penulisan atau pengucapan
Perbedaan level antara pengirim dan penerima pesan.
Menurut Boove dan Thill
Berbeda dengan Sigband dan Bell, Boove dan Thill meninjau hambatan-hambatan dalam komunikasi dari segi proses komunikasi itu sendiri.
1. Hambatan yang timbul pada saat penyusunan pesan
1) Kurang akurat
2) Kurang familiar dengan penerima pesan atau situasi yang dihadapi
3) Adanya konflik emosi
4) Kesalahan dalam penyampaian pesan
2. Hambatan yang timbul pada saat penyampaian pesan.
1) Faktor-faktor phisik
2) Adanya signal-signal yang bertentangan
3) Terlalu banyaknya pihak yang terlibat.
3. Hambatan yang timbul pada saat penerimaan pesan
1) Hambatan Phisik
2) Hambatan mental
4. Hambatan dalam memahami pesan
1) Perbedaan latar belakang
2) Perbedaan penginterpretasian kata-kata
3) Perbedaan reaksi yang timbul karena perbedaan emosi yang terlibat.
Sedangkan Masalah-masalah khusus dalam komunikasi bisnis yaitu:
1. Kompleksitas pesan
2. Kondisi yang tidak mendukung penyampaian dan penerimaan pesan
3. Perbedaan diantara pengirim dan penerima pesan.
Terdapat 4 jenis komunikasi verbal yang selalu digunakan dilingkungan bisnis, yaitu: berbicara, menulis, membaca dan mendengarkan. Suatu penelitian yang menggunakan kalangan bisnis sebagai respondennya menunjukkan bahwa kaum bisnis menggunakan sebaian besar waktunya untuk mendengarkan (45%), dan berbicara (30%). Mereka menggunakan sisa waktunya untuk membaca (16%) dan menulis (9%). Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa kalangan bisnis menggunakan tulisan dan bicara untuk mengirim pesan, dan mendengarkan serta membaca untuk menerima pesan.
Keberhasilan komunikasi dalam suatu organisasiakan ditentukan oleh kesamaan pemahaman antara oran yan terlibatdalam kegiatan komunikasi. Kesamaan pemahaman ini diengaruhi oleh kejelasan pesan ,cara penyampaian pesan,perilaku komunikasi, dan situasi (tempat dan eaktu) komunikasi. Komunikasi organisasi biasanya menggunakan komunikasi kombinasi (lisan, tertulis dan tayangan) yang memungkinkanterjadinya penyerapan informasi dengan lebih mudah dan jelas.secara empiris pemahamanorang perihal perihal sesuatu akan lebi mudahdiserap dan difahami jikasesustu tersebut. diperlihatkan dibandin hanya diperdenarkanatau di bacakan dan akan lebih baik jikasesuatu yang dikomunikasikan tersebutselain diperlihatkan tetapi juga dipraktikan.
Komunikasi dalam organisasi
Secara umum, terdapat dua fungsi komunikasi dalam organisasi. Yang pertama, komunikasi berfungsi sebagai alat bantu yang bisa digunakan oleh anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Yang kedua, komunikasi organisasional juga berfungsi sebagai sautu alat untuk menyatukan semua anggota organisasi menjadi satu kesatuan yang kohesif. Komunikasi organisasional bisa dikelompokkan berdasarkan formalitas dan polanya.
1. Berdasarkan Formalitasnya
Ditinjau dari segi formalitas, komunikasi organisasional bisa dikelompokkan menjadi komunikasi infomal dan formal.Komunikasi informal merupakan suatu proses komunikasi yang terjadi antara para anggota tanpa menggunakan jalur komunikasi formal yang berlaku di organisasi. Anggota organisasi biasanya menggunakan komunikasi informal untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh melalui jalur formal atau untuk membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan urusan organisasi, misalnya tentang kehidupan keluarga , hobbi olah raga, dan sebagainya.Ditinjau dari kepentingan organisasi, komunikasi informal bisa digunakan untuk mengetahui informasi tentang keluhan-keluhan bawahan, terutama bawahan dari orang-orang yang dianggap “ABS” atau orang yang hanya suka melaporkan informasi baik.
Komunikasi formal merupakan suatu arus komunikasi yang terjadi secara formal sesuai dengan struktur organisasi.
Kelemahan informasi formal :
1. Bisa membatasi akses pegawai tingkat bawah ke para pimpinan yang berpungsi sebagai pengambil keputusan.
2. Jika satu dari rantai komunikasi dalam suatu departemen mengalami hambatan, maka kegiatan di mata rantai komunikasi atau departemen yang lain bisa mengalami hambatan pula.

Untuk mengatasi kedua hambatan tersebut di atas menciptakan suatu struktur organisasi yang “ flat” dengan “ wide span of control” merupakan salah satu cara yang bisa digunakan . ditinjau dari arahnya, komunikasi formal bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Komunikasi kebawah (downward communication)
Komunikasi kebawah merupakan komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan bawahannya dalam suatu organisasi. Adapun bentuknya bisa berupa memo, kebijakan, printah presentasi, rapat, majalah perusahaan, surat, buletin, dan sebagainya. Komunikasih ke bawah biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi tentang:
Pekerjaan, misalnya uraian pekerjaan, bagaimana cara menjalankan pekerjaan, kapan dan dimana pekerjaan harus dilaksanakan
Hubungan pegawai dengan organisasi dan hubungan organisasi dengan dunia luar.
2. Komunikasi sejajar (lateral communication)
 Komunikasi sejajar merupakan komunikasi diantara orang-orang yang mempunyai jabatan yang selevel tapi berbeda departemen.
3. Komunikasi keatas (upward communication)
Komunikasi keatas merupakan komunikasi dari bawah keatas, dan biasanya dalam bentuk laporan, baik tertulis maupun tidak.
2. Komunikasi organisasi berdasarkan polanya :
Berdasarkan polanya, seperti yang dapat dilihat di gambar 2.1, komunikasi organisasional bisa dikelompokkan menjadi empat pola. Garis dalam gambar menunjukkan siapa yang diijinkan berbicara dan kepada siapa dia diijinkan berbicara.
a. Pola roda (wheel network)
Dalam pola ini, seseorang bertindak sebagai titik pusat semua proses komunikasi. Anggota group lainnya berfungsi untuk menstransfer dan menerima semua pesan melalui pemimpin komunikasi. Dengan demikian maka pemimpin komunikasi bertindak sebagai pengambil keputusan dan berhak untuk membagi pekerjaan serta memerintah anggota lainnya. Berdasarkan penelitian pola ini merupakan pola komunikasi yang paling terstruktur dan terpusat.
b. Pola rantai (chan network)
Meskipun pola rantai juga merupakan suatu pula yang terpusat, anggota lain dalam pola ini juga berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan informasi antara titik pusat dengan orang-orang yang ada diujung garis komunikasi.
c. Pola lingkaran (circle network)
Dalam pola ini, semua anggota group mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan komunikasi. Setiap orang bisa berbicara dengan dua orang lainnya. Selanjutnya informasi menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Dengan demikian maka setiap individu membuat keputusan berdasarkan informasi yang sudah tersebar merata.
d. Pola bintang (star network)
Setiap anggota mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan semua anggota lainnya.
Wheel Chain Circle Star
3. Suasana Komunikasi
Efisiensi dan efektifitas arus informasi dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh suasana komunikasi dalam organisasi. Sebagai contoh, arus komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar seandainya manajer mengabaikan informasi dari bawahannya atau seandainya manajer membatasi arus informasi kepada para bawahannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi suasana komunikasi antara lain:
§  Pola komunikasi yang digunakan.
§  Gaya manajemen
§  Etika komunikasi
POLA KOMUNIKASI
Gaya Manjemen
Suatu hasil penelitian mengindikasikan adanya empat gaya dasar manajemen, dimana setiap gaya mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap suasana komunikasi. Empat gaya manajemen tersebut adalah:
Directive Style
Pimpinan puncak yang menerapkan gaya ini cenderung mengambil sendiri semua keputusan, karena pimpinan berasumsi bahwa para bawahan tidak bisa dipercaya atau tidak mempunyai kemampuan. Selain itu, pimpinan juga berasumsi bahwa para bawahan cenderung untuk menghindari pekerjaan, kurang inisiatif, serta kurang bertanggung jawab. Oleh karena itu maka bawahan harus idberitahu dengan tegas tugas-tugasnya. Dalam perusahaan yang menerapkan gaya ini, komuniask dikontrol secara ketat oleh pimpinan, dengan demikian maka para bawahan tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka. Pimpinan puncak juga membatasi arus informasi baik antara para pekerja maupun antara satu departemen dengan departemen yang lainnya.
Coaching Style
Seperti halnya dalam “Directice style” dalam “coaching style” pimpinan puncak cenderung memberi pengaragan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para pekerja. Perbedaannya dalam coaching style, manajemen berasumsi bahwa para pekerja merupakan anggota tim yang bersedia untuk mengerjakan tugas-tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi. Dengan demikian maka manajemen mau menerangkan alasan pengambilan suatu keputusan kepada para pekerja. Selain itu, pimpinan puncak juga mau mendengarkan ide-ide dan saran-saran yang datang dari para pekerja.
Supportive Style
Pimpinan berasumsi bahwa para pekerja mempunyai kemampuan dan motivasi kerja yang tinggi. Meskipun manajemen yang menetapkan sasaran dan tujuan, manajemen mendelegasikan hak untuk mengambil keputusan operasionail dan hak untuk memecahkan masalah sehari-haris kepada bawahannya. Komunikasi dua arah antara bawahan dan atasan biasanya terjadi secara terus-menerus, baik arus komunikasi ke atas maupun ke bawah. Selain itu, pekerja juga dibebaskan untuk membentuk saluran komunikasi informal.
Delegating Style

Pimpinan puncak memberikan kebebasan kepada pegawai untuk mengambil keputusan dan menjalankan pekerjaan masing-masing. Pimpinan puncak hanya memberikan pengarahan secara global tentang sasaran dan tujuan organisasi, kemudian wewenang diberikan sepenuhnya kepada pekerja untuk menentukan cara mencapai tujuan dan sasaran. Oleh karena pekerja diberi kebebasan sepenuhnya untuk memecahkan masalah yang merkea hadapi, maka para pekerja akan terbiasa untuk bekerja sendiri, tanpa melakukan konsultasi dengan atasan. Sebagai akibatnya, pimpinan bisa merasa terisolasi dan kehilangan kontrol terhadap jalanya operasi perusahaan.

0 komentar:

Posting Komentar